Jumat, 02 Desember 2011

ASUMSI DASAR POSITIF

Asumsi dasar positif

Namun walaupun demikian nasumsi dasar positif ini janagalah dinggap sesuatu yang subjektif saja, yang setiap orang dengan sesuka hati dapat menentukannya. Ia juga harus memenuhi criteria yang objektif
1. Asumsi dasar positif harus dapat dipertanggungjawabkan secara teologis Alkitabiah. Ia merupakan kristalisasi dari asumsi-asumsi teologis yang paling pokok, dan yang digali dari disaksikan Alkitab secara menyeluruh. Yang teakhir ini, artinya: ia tidak mewakili secara fragmentaris beberapa ayat yang secara acak dimbil dari Alkitab. Melainkan harus konsisten dengan berta Alkitab secara menyeluruh, dengan inti kesaksian Alkitab sebagai satu kesatuan.
2. Asunsi dasar pisitif ini harus dapat dipertanggungjawabkan menurut penalaran yang umum sehinggah paling sedikit secara hipotetis ia dapat dipahami dan diterima secara universal. Asumsi dasar positif tidak boleh merupakan konsep-konsep yang parochial, yang hanya berlaku dan dapat dipahami oleh sekelompok kecil orang. Asumsi dasar positif lahir dari rahim iman kristiani. Tetapi kebenarannya tidak hanya terbatas bagi orang Kristen saja.
Menentukan Asumsi dasar positif merupakan salah satu langkah terpenting didalam etika. Sebab inilah yang akan menjadi tolak ukur segala sesuatu. Tentu saja, seperti dikatakan diatas, tidak semua tindakkan etis mampu mencrminkan asumsi dasar positif secara utuh dan penuh. Namun hal demikian, setiap tindakan yang berlawanan dengan asumsi dasar positif terbeban untuk mempertanggungjawabkan secara etis tindakanh yang demikian itu. Didalam bahasa inggris, beban untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang berlawanan dengan asumsi dasar positif itu.
Eksistensi semua ciptaan itu baik. Banyak hal telah dikemukakan mengenai asumsi dasar positif yang pertama ini bahwa Allah yang maha baik adalah pencipta segala sesuatu. Oleh karena itu, semua yang diciptakanNya pada hakekatnya adalah baik. Dan seluruh tujuan dari penciptaan;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar