Sabtu, 03 Desember 2011

Eksposisi PB laporan bacaan

LAPORAN BACAAN

Nama : Gerdanus
Mata kuliah : Eksposisi PB II
Dosen : Pdt yohanes wotoro M.Th


Garis Besar Roma 4:9-12.

Setelah Paulus memaparkan tentang theologia dibenarkan melalui iman di dalam Perjanjian Lama, ia menjelaskan lebih lanjut bahwa iman itu berfokus/bersumber pada perjanjian Allah.
Pada ayat 9, Paulus mengatakan, “Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.” Melanjutkan ayat 7-8, di ayat 9, Paulus bertanya apakah ucapan bahagia/yang diberkati ini (KJV: blessedness) ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau lebih luas lagi yaitu juga bagi orang yang tidak bersunat? Pertanyaan ini muncul mengingat surat ini ditulis juga kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di Roma yang memiliki konsep bahwa hanya umat Israel yang mendapat berkat Tuhan, sedangkan bangsa lain dianggap kafir. Paulus membongkar konsep umat Israel yang “fanatik” ini dengan pengajaran bahwa selain bangsa Israel, Tuhan juga menyediakan jalan keselamatan. Mengapa? Karena semua manusia yang beriman seperti iman Abraham diperhitungkan Allah sebagai kebenaran.
Para “theolog” religionum/social “gospel” yang notabene liberal terselubung (salah satunya Jusufroni) mungkin menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa yang penting beriman di dalam iman Abraham (Yahudi, Kristen dan Islam), maka manusia diselamatkan. Tafsiran ini sesat ! Semua manusia tanpa memandang dari suku, ras atau bangsa manapun yang memiliki iman seperti iman Abraham berarti mereka beriman di dalam Kristus, barulah iman mereka diperhitungkan sebagai kebenaran. Mengapa iman Abraham identik dengan iman di dalam Kristus ? Inilah iman Perjanjian Lama yang mengarah dan menuju kepada finalitas Kristus yang diutus Bapa. Mengapa ? Karena Allah yang menyatakan diri kepada Abraham adalah Allah yang sama yang juga menyatakan diri kepada umat pilihan-Nya di dalam Pribadi Kristus. Lalu, kata “iman” sendiri di dalam ayat ini dalam bahasa Yunani pistis bisa berarti secara khusus reliance upon Christ for salvation (bergantung pada Kristus untuk keselamatan). Jadi, iman sejati seperti iman yang dimiliki Abraham adalah iman hanya di dalam Pribadi Tuhan Yesus Kristus.
1 Korintus 2:6-9
Bagian ini merupakan respons Paulus yang ke-4 seputar masalah “hikmat” yang membuat jemaat Korintus menganggap berita salib sebagai sebuah kebodohan. Dari pembahasan sebelumnya kita sudah belajar tiga respons lainnya, yaitu: (1) 1:18-25, Injil memang “kebodohan”, tetapi bagi mereka yang akan binasa; (2) 1:26-31, mayoritas jemaat Korintus dahulu juga termasuk orang yang bodoh menurut ukuran dunia; (3) 2:1-5, Paulus sendiri memberitakan Injil bukan dengan hikmat duniawi. Di 2:6-9 Paulus menegaskan bahwa dia sebenarnya memberitakan hikmat, tetapi bukan hikmat seperti yang mereka pikirkan.

Alur berpikir Paulus di 2:6-9 sangat mudah untuk ditelusuri. Ayat 6 merupakan pernyataan Paulus bahwa dia juga memberitakan hikmat, tetapi hikmat ini tidak sama dengan hikmat duniawi. Di ayat 7-8 dia lalu menjelaskan ciri-ciri hikmat yang dia maksudkan. Ayat 9 merupakan penutup bagian ini yang berisi dasar Alkitab bagi penyataan hikmat yang benar.
GALATIA
Ketika kita membaca surat kita ini, kita tidak dapat membayangkan betapa hancurnya hati Paulus dan betapa herannya ia terhadap jemaat-jemaat ini pada waktu ia menulis surat ini. Misalnya pada pasal 1 ia berkata: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia” (Galatia 1:6-9).
Efesus 6 :1-4
John Stott menganggap hal itu tergantung tradisi / budaya setem¬pat. Di Romawi pada jaman Paulus, anak harus tunduk kepada orang tua selama orang tua masih hidup. Di Inggris pada abad 20, usia 18 tahun dianggap sudah dewasa dan bebas dari orang tua. Ketaatan ada batasnya, tetapi hormat pada orang tua tak ada batas¬nya. Jadi, kalaupun orang tua memberikan perintah yang bertentangan dengan Firman Tuhan, kita tak boleh mentaatinya, tetapi tetap harus menghormatinya!

Ada yang menganggap bahwa kata ‘bapa’ dalam ay 4 hanya berarti bapa (ibu tak termasuk. Tapi lebih kebanyakan penafsir yang menganggap bahwa di dalam kata ‘bapa’ sudah termasuk ibu. Alasan¬nya: Ibr 11:23 kata bah. Yunaninya seharusnya berarti bapa-bapa, tapi toh dalam bagian itu harus diterjemahkan sebagai ‘orang tua’ (ibu termasuk)).
Anak disuruh taat / hormat kepada orang tua, tetapi orang tua tak disuruh untuk ‘gunakan’ otoritasnya. Seorang bapa bangsa Romawi pada abad pertama punya hak mutlak atas anaknya. Ia berhak menju¬alnya sebagai budak, mempekerjakannya di ladang dengan rantai / borgol, mengghakimi mereka, menjatuhkan hukuman kepada mereka, bahkan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Ini tentu berten¬tangan dengan Kitab Suci! Orang tua bertanggung jawab kepada Tuhan dalam menggunakan otoritasnya terhadap anak.
FILIPI 4:10-23
Tindakan memberi' menimbulkan effek positif bagi:
Penerima (dalam kontex ini adalah Paulus). Ini memang merupakan sesuatu yang logis, dan dalam kontex ini hal ini terlihat dari ay 14 yang menunjukkan bahwa pemberian ini menyebabkan kesu-sahan Paulus 'dibagi' dengan jemaat Filipi, sehingga menjadi lebih ringan bagi Paulus. ay 18 yang menunjukkan bahwa kalau tadi Paulus kekurangan, maka sekarang ia cukup, bahkan berkelimpahan karena pemberian itu.
Sebagian uang yang ada pada saudara, apalagi kalau saudara adalah orang yang kaya, mungkin tidak akan pernah saudara pakai sampai saudara mati, dan dengan demikian tidak berguna baik bagi saudara maupun bagi orang lain. Tetapi kalau uang itu saudara berikan kepa-da orang yang membutuhkan, itu akan sangat berguna dan menolong mereka dalam penderitaan mereka. Karena itu maulah memberi!
Pemberi (dalam kontex ini adalah jemaat Filipi).
Kalau yang no 1 di atas jelas merupakan sesuatu yang logis, maka yang sekarang ini kelihatannya justru sangat tidak logis. Tetapi ini benar dan ini bisa terlihat dari Ay 19: 'Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut ke- kayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus'. ini sebetulnya mencakup baik jasmani maupun rohani, tetapi mungkin sekali yang lebih ditekankan adalah jasmani. dari 2Kor 8:1-5, terlihat bahwa jemaat Filipi (Filipi terletak di Makedonia - bdk. Kis 16:12) memberi dari kemiskinan mereka! Tetapi ay 19 ini menunjukkan bahwa Allah akan membalas mereka dari kekayaanNya. Ini jelas merupakan suatu effek yang positif bagi mereka sebagai pemberi.
Jadi, dari ay 19 ini terlihat bahwa orang yang mau memberi pasti akan mendapatkan berkat (bahkan secara jasmani), dari Tuhan. Bandingkan dengan ayat-ayat Kitab Suci ini: Amsal 11:25 19:17 21:13 22:9 28:27 Mat 5:7 2Kor 9:6-8, yang menunjukkan bahwa kalau saudara mau memberi kepada orang yang membutuhkan, Allah akan memberkati saudara sehingga saudara justru akan mendapatkan effek yang positif. Sebaliknya, kalau saudara tidak mau memberi kepada orang yang membutuhkan, saudara justru akan rugi Tetapi tentang hal ini ada 2 hal yang perlu diperhatikan jangan semua ini menyebabkan saudara memberi dengan pamrih ay 19 ini tidak bisa dijadikan dasar dari Theologia Kemakmur-an, karena disini dikatakan bahwa Allah akan memenuhi 'sega-la keperluanmu', bukannya 'segala keinginanmu' atau 'segala permintaanmu'.

KOLOSE
Ayat 1 -Filemon adalah seorang tuan tanah berkebangsaan Yunani yang berdomisili di Lembah Lycus wilayah Kolose.(3) Dia merupakan buah dari pelayanan misi Paulus. Rumahnya di pakai sebagai tempat pertemuan/ibadah jemaat Kolose. (4)
Ayat 2-3 – Siapakah Afia dan Arkhipus? Sangat mungkin Apfia adalah isteri Filemon dan Arkhipus adalah anak mereka. Keluarga mereka menjadi berkat bagi persekutuan orang-orang percaya dan rumah mereka menjadi salah satu tempat jemaat beribadah karena pada waktu itu belum ada bangunan resmi sebagai gereja karena adanya tekanan dan penganiayaan secara sporadis terhadap kekristenan.(5) Agaknya penentangan terhadap gereja merupakan sesuatu yang biasa yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang.
Ayat 4-7 – Betapa menyenangkan bagi Paulus mendengar bahwa Filemon memiliki kasih yang sangat besar terhadap pekerjaan Tuhan. Ini sangat menyukacitakan Paulus. Sukacita surgawi harus selalu menjadi milik kita apabila mendengar dan menyaksikan pekerjaan Tuhan dalam diri orang lain semakin maju dan bukan sebaliknya.(6)
Ayat 8-9 – Kebesaran hati seseorang terpancar dari cara ia memandang orang lain. Adalah hak Paulus (apalagi dalam kapasitas sebagai seorang rasul) untuk memerintahkan sesuatu yang harus ditaati oleh Filemon. Namun Paulus tidak menggunakan hak itu, justru ia “meminta” (7) kepada Filemon. Dalam pengertian ini terlihat betapa Paulus respek terhadap Filemon. (8) Ini mengajarkan kita bahwa respek merupakan salah satu unsur penting dalam hubungan pelayanan. Pelayanan seringkali rusak karena ketidakmampuan menghargai atau menaruh percaya kepada mereka yang memiliki kapabilitas dalam pelayanannya.
Ayat 10 – Filemon adalah pemilik budak yang memiliki hak untuk menentukan hidup mati budaknya yang melarikan diri. Ini pasti sangat menakutkan Onesimus. Maka Paulus menjelaskan kepada Filemon bahwa sudah saatnya ia membangun hubungan yang baru dengan Onesimus; bukan hanya sebagai tuan dan budak, namun sebagai seorang saudara di dalam Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menyebut Onesimus sebagai “anakku” (9) menunjukkan teladan penerimaan yang luarbiasa kepada seorang yang berbeda latarbelakang. Melalui sebutan ini, Paulus menunjukkan kepada Filemon bahwa Onesimus sekarang telah menjadi seorang Kristen, saudaranya di dalam Kristus.

TITUS 2:4-5
Allah mempunyai rencana khusus bagi wanita dalam hubungan dengan keluarga, rumah tangga, dan keibuan.
1. Keinginan Allah bagi seorang istri dan ibu ialah supaya perhatian dan pengabdiannya difokuskan pada keluarganya. Rumah tangga, suami, dan anak-anak harus merupakan pusat dunia seorang ibu Kristen; inilah cara yang ditetapkan secara ilahi baginya untuk menghormati Firman Allah (bd. Ul 6:7; Ams 31:27; 1Tim 5:14).
2. Tugas khusus wanita yang diberi Allah sebagaimana dikaitkan dengan keluarga termasuk:
1. Memelihara anak-anak yang dipercayakan Allah kepadanya (ayat Tit 2:4; 1Tim 5:14) sebagai pelayanan bagi Allah (Mazm 127:3; Mat 18:5; Luk 9:48);
2. Menjadi seorang penolong dan teman setia kepada suaminya (ayat Tit 2:4-5; Kej 2:18) atau ref. Kej 2:18]
3. Membantu sang ayah mengasuh anak-anak agar mempunyai watak saleh dan berbagai ketrampilan praktis dalam hidup (Ul 6:7; Ams 1:8-9; Kol 3:20; 1Tim 5:10;
4. Menyediakan tumpangan di rumah (Yes 58:6-8; Luk 14:12-14; 1Tim 5:10);
5. Menggunakan ketrampilannya untuk menyediakan keperluan rumah tangga (Ams 31:13,15-16,18-19,22,24);
6. Memelihara orang-tua yang sudah lanjut usia (1Tim 5:8; Yak 1:27).
3. Para ibu yang ingin memenuhi rencana Allah bagi kehidupan mereka dan keluarga mereka, tetapi harus bekerja mencari nafkah jauh dari anak-anak karena keadaan ekonomi, harus menyerahkan keadaan ini kepada Tuhan sambil berdoa kepada Allah untuk membuka jalan supaya ia dapat memenuhi tempat dan fungsi dalam rumah bersama anak-anak (Ams 3:5-6; 1Tim 5:3; juga
FILEMON
Ayat 1 -Filemon adalah seorang tuan tanah berkebangsaan Yunani yang berdomisili di Lembah Lycus wilayah Kolose.(3) Dia merupakan buah dari pelayanan misi Paulus. Rumahnya di pakai sebagai tempat pertemuan/ibadah jemaat Kolose. (4)
Ayat 2-3 – Siapakah Afia dan Arkhipus? Sangat mungkin Apfia adalah isteri Filemon dan Arkhipus adalah anak mereka. Keluarga mereka menjadi berkat bagi persekutuan orang-orang percaya dan rumah mereka menjadi salah satu tempat jemaat beribadah karena pada waktu itu belum ada bangunan resmi sebagai gereja karena adanya tekanan dan penganiayaan secara sporadis terhadap kekristenan.(5) Agaknya penentangan terhadap gereja merupakan sesuatu yang biasa yang masih dapat kita saksikan hingga sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar