ETIKA KONTEPORER
Buku : Etika Seksusal kontemporer
Pengarang :Dr. Robert P. Borron
I. Seks menurut etika kristen
Bagi iman kristen, pengetahuan etika mengenai seks bersumber dari Alkitab. Dalam
konteks ini Alkitab memahami sebagai Firman Allah yang merupakan pernyataan kehendak Allah sang pencipta. Bisa saja dikatakan bahwa Alkitab berbicara tentang seks dari pinggir, menyorot perilaku manusia secara kasuistik.
Untuk menyederhanakan pembahasan topik ini akan diuraikan menurut teks-teks
tertentu saja, dari perjanjian lama dan perjanjian baru.
II. Seks menurut perjanjian lama
Seks itu baik, karena seks merupakan bagian integral dari seluruh ciptaan yang
dinyatakan sungguh amat baik (kejadian 1:31), segala ciptaan amat baik tak terkecuali seksualitas . Manusia diciptakan laki-laki dan perempuan dan perbedaan seks itu mereka mencerminkan Allah ; ”Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nyalah dia laki-laki dan perempuan”. Inilah narasi yang pertama.
Narasi yang kkedua ialah perempuan diciptakan supaya laki-laki tidak kesepian dan membutuhkan teman hidup. Tujuannya supaya terjadi komuitas manusia dinyatakan dalam kesatuan daging dan tulang (kejadian 2:22-24).
Seks melekat pada diri manusia sebagai makhluk psikumatis/berjiwa raga. Karena itu bukan suatu tindakan yang didasarkan naluri semata, melainkan perilaku yang harus diatur, dikendalikan, dan ditata sesuai dengan hakekat manusia sebagai gamabar/citra Allah. Jadi sebagai manusia berdosa seksualitas tidak murni lagi namun telah memilliki bias, distrosi, dan rentang terhadap manipulasi. Kalau terjadi penyimpangan seks bukanlah karena seks itu kotor/najis tetapi karena manusia yang melakuakannya dikuasai dan dikendalikan oleh seksnya.
III. Seks menurut perjanjian baru
Perjanjian baru tidak berbicara tentang hakekat tetapi berefleksi tentang perilaku
seksual dan menyorotinya atas dasar perjanjian lama dan Yesus Kristu. Hubungan seks dilegitimasi dalam pernikahan sebagai hubungan yang berisi kesatuan permanen yang diselegarakan oleh Tuhan sendiri.
Dalam perjanjian baru ditekankan makana kesucian dan kekudusan seksualitas tetapi tidak mengikari keunggulan kasih dan pengampunan. Walaupun demikian banyak teks perjanjian baru ditemukan pula sikap konserfatif seperti dlam perjanjian lama, khususnya sikap terhadap seksual yang dianggap menyimpang.
IV. Perniakhan dan seksualitas
Pernikahan perturan suci yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Di dalam pernikahan,
Tuhan mengaruniakan persekutuan khusus antara suami istri untuk dijalani bersama dan membahagiakan kehidupan mereka. Jadi seksualitas mencangkup siantero kehidupan suami-istri, termasuk hubungan seks, merupakan karunia yang sangat khusus, karena persekutuan suami-istri yang paling dalam dialami dengan hubungan seks yaitu hubungan jiwa raga.
Dalam perkawinan seksualitas mempunnyai 2 utjuan yaitu tujuan pertama, sebagai pernyataan kekasih, sedangkan yang kedua untuk melanjjutkan keturunan/regenerasi. Hubungan seks dilakukan bukan karena nafsu birahi belaka tetapi karena dorangan cinta personal. Penyimpangan seksual d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar